Tuesday, November 10, 2015

My First Love Part 2

Dan di kelas 3 akhir2 aku menemukan sesuatu.
Aku menemukan cerita cinta si genius dengan teman satu sekolahnya.
Meskipun cerita cinta itu gak berhasil,
tapi aku rasa aku tetap cemburu.
Impianku yang membara menyusulnya ke Bandung kandas.
Aku gak tau apa lagi yang harus aku lakukan.
Aku jg gak tau lagi apa cita2ku setelah ini.

Kota yang dingin emang kota impianku.
Karena aku suka koleksi jaket.
Mungkin Malang dan Bandung adalah kota impianku.
Dan dari dulu aku bercita2 menjadi penambang.
Tapi gak direstui orang tuaku.
Aku gak berani menentang mereka.
Karena ridho Allah terletak di ridho orang tua.

Mulai musim perjuangan meraih PT.
Aku terbayang Jakarta-Bandung.
Aku ikut tryout2 yg ada.
Suatu hari aku ikut tryout ujian masuk STAN.
Di SMA idamanku, di sekolah laki2 idamanku.
Selama di sana aku membayangkan aku dan dia.
Aku udah belajar sebelumnya.
Tapi tiba2, aku melihat seseorang berjaket almamater kampus idamanku.
Aku berpikir, andai saja dia yg ada di sini.

Konsentrasiku buyar.
Pikiranku melayang ke Andri.
Aku gak tau, ngisi apa aja di lembar jawabanku.
Waktu ujianku berakhir.
Aku keluar dan mencari dimana saja orang2 ITB.
Aku melihat mereka berdiri menjaga STAN.
dan menerima pendaftaran tryout USM ITB.
Tanpa pikir panjang, aku mendaftarkan diri.
Dengan harapan aku bisa bertemu dengan laki2 idamanku.

To be continue.....

Monday, November 09, 2015

My First Love

Abaikan post2 sebelumnya karena itu adalah masa2 labilku. Hanya di sini, tempat yang gak bisa dilihat siapapun.
Karena iseng mbaca diary lama daddy, aku jadi ingin melakukan hal yang sama.
Menulis semua cerita cintaku secara runtut dan jadi satu.
Setiap tulisan dan apapun juga dimulai dari yg pertama.
Dalam hal ini, cinta pertama aka first love.

Cinta pertama
Aku juga heran kenapa aku selalu berjaya di tahun terakhir sekolah.
Pada saat aku SD, aku yang murid biasa2 aja diajakin ngukur toga.
Yang notabene hanya dipake oleh 10 besar.
Peringkat berapakah aku?
Semuanya terjawab saat kami berdiri dan dipanggil secara berurutan berdasarkan peringkat.
Dari peringkat 1-10.
Dan aku mendapat panggilan ke-5.

Kali ini aku sudah SMP kelas 3.
Aku masuk di kelas anak pintar2, gak tau atas dasar apa.
Aku tetaplah murid yang biasa2 saja saat kelas 1-2.
Aku sekelas dengan anak yang terkenal genius di sekolahku.
Aku penasaran, seberapa hebat otaknya.
Aku sering memperhatikannya.
Beruntung, dia tiba2 pindah ke sebelah meja.
Jadilah aku gak perlu jauh2 memperhatikannya.

Di kelas, dia biasa2 aja.
Saat pelajaran dia gak kelihatan menonjol.
Sampailah kami di musim tryout2.
Aku bertekat dalam hati, “Aku harus bisa mengalahkannya dalam hasil2 tryout”.
Aku mulai belajar sungguh2.
Dari murid yang santai, aku berubah menjadi murid dengan ambisi.
Tapi bukan ambisi lulus dengan nilai baik, tapi ambisi mengalahkan si genius.

Ajaib, setiap tryout aku mendapat peringkat atas2.
Sepanjang tryout, aku hanya bisa mengalahkannya satu kali.
Itupun dengan perbedaan nilai yang sangat tipis.
Tapi aku senang dengan apa yang aku raih sekarang.
Pujian mulai datang padaku.
Dan itu semua berkat si genius.

Pada kenaikan semester, diadakan psikotes pemilihan murid2 berotak encer
yang akan dimasukkan ke kelas khusus.
Kelas itu diadakan tiap hari Sabtu-Minggu.
Si genius gak lolos.
Sementara aku lolos.
Aku penasaran, apa yang membuatnya tidak lolos.
Aku pinjam hasil psikotesnya, untung dikasih.
Aku lihat hasil penilaian emosinya gak stabil.

Di akhir cerita, aku sangat kecewa dengan hasil tesku.
Gimana enggak, nilai matematika dan b.Inggris 9.6 dan 9.4.
B.Indonesiaku hancur 7.6.
Hancur sudah cita2 masuk SMA 5.
Sementara Andri, dia hanya bercita2 masuk SMA 2.
Dia malah masuk ke SMA favoritku.
Akhirnya aku balik kampung, Manukan.
SMA di Manukan.

Dan saat di SMA aku sadar.
Mungkin aku mencintai si genius.
Sampe sebegitunya aku berusaha agar bisa mengalahkannya.
Cerita cintaku padanya belum berakhir.
Selama sekolah aku berusaha agar selalu menemukan jalan agar bisa di sampingnya lagi.
Aku berusaha datang ke SMAnya, ke rumahnya dan kemanapun dia berada.
Aku punya friendsternya, sosmed yang terkenal pada zaman itu.
Aku selalu mengikuti emosinya.
Pada saat datang ke rumahnya, aku hampir ketabrak karena salah ngikuti petunjuk jalan yang emang asing bagiku.
Aku sampe tersadar, aku emang mencintainya.
Tapi aku harus lebih mencintai diriku sendiri.
Aku gak akan senekat itu lagi.

To be continue.............